SEJARAH
Setelah ruangan laboratorium selesai dibangun (1989) dibentuk sementara Tim Pengelola yang berada di Fak.Farmasi sesuai SK.Dekan tentang pengelola Laboratorium Hewan Coba. Hal yang demikian berlangsung sampai tahun 1993, dan sejak itu diadakan perubahan kembali sesuai perencanaan, yaitu diturunkan SK.Rektor tentang Tim pengelola Kandang Hewan Unair dengan mengingat bahwa fasilitas gedung tsb. bukan milik (rencana) Fak.Farmasi, namun milik Unair. Sampai tahun 1997, dalam perkembangan fungsi-operasionalnya nampak bahwa perlu dilakukan perubahan sesuai dengan aspirasi peneliti dan Renstra Unair, yaitu perlu dibentuk unggulan iptek di Unair.
Dengan landasan tersebut, itu diusulkan perubahan nama (sesuai fungsi dan iptek ), menjadi Laboratorium Biologi Seluler Universitas Airlangga. Direncanakan bidang iptek laboratorium meliputi kultur sel mamalia (animal dan human), bioteknologi serta aktivitas biologis in vitro (subseluler dan molekuler).
Sesuai dengan sarana, kemampuan SDM dan potensi-aspirasi iptek era globalisasi, maka Unair ingin memandang kedepan (visi) bahwa di Surabaya pada saatnya ada suatu laboratorium bidang ilmu biologi seluler yang akan mengkonsolidasi aspirasi ristek dasar dan terapan dengan sel mamalia (animal-human) yang terkait dengan iptek biologi, kedokteran dan kefarmasian. Laboratorium Biologi Seluler secara program akan menampung/ menunjang/membina aspirasi dan pelaksanaan riset tentang sel mamalia beserta terapannya dalam bidang kesehatan. Melalui proses formal dan program singkat pengembangan sarana dan konsolidasi sumberdaya manusia selama 1 semester, diharapkan Laboratorium Biologi Seluler dapat tinggal landas dengan programnya sehingga mulai meningkat prestasinya menjadi dikenal di Unair dan siap berkompetisi bersama masyarakat ilmiah biologi sel lainnya di Indonesia.
FASILITAS
Sarana gedung
Laboratorium berada di Lantai 3½ Gedung Sayap Timur Fak.Farmasi seluas 250 m2, yang pembagian ruang serta peruntukkannya berubah bertahap sesuai kebutuhan dan aspirasi peneliti/pengguna. Rencana selanjutnya sebagai Laboratorium Biologi Seluler akan diprioritaskan untuk fasilitas fungsi riset iptek yang bersangkut dengan kultur sel mamalia atau tingkat molekulernya.
Pengembangan sarana gedung untuk selanjutnya diarahkan pada pengaturan ruangan dan fasilitasnya. Perlu dirancang pemindahan beberapa ruangan hewan dengan penyekatan galeri sehingga ruangan-ruangan untuk percobaan seluler tidak terganggu oleh kontaminan dari ruangan pemeliharaan hewan terutama bau, sampah dan infektan.
Peralatan
Peralatan pekerjaan laboratorium
NO |
JENIS BARANG |
JUMLAH |
KETERANGAN |
Shaker reciprocal (variable-speed) | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi | |
Penggojok | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi | |
Water bath | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi | |
Sentrifuge (low-speed) | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi | |
Pompa peristaltik elektrik (modifikasi) | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi dan sumbangan peneliti | |
Inkubator CO2 | 1 (satu) buah | sumbangan peneliti | |
Inkubator udara 37oC | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi | |
Laminar Air flow (steril-bank) | 1 (satu) buah | dari PPS | |
Mikroskop invert + foto | 1 (satu) buah | dari Fak.Farmasi |
Hewan percobaan
(1) Tikus putih ( Rattus novergicus )
Tersedia maksimal 200 ekor (jantan dan betina) yang diperoleh dari sumbangan peneliti, yang kemudian dikembang-biakkan sendiri sesuai kemampuan secukupnya sebagai cadangan.
(2) Mencit putih ( Mus musculus )
Tersedia maksimal 100 ekor (jantan dan betina) yang diperoleh dari sumbangan peneliti, yang kemudian dikembang-biakkan sendiri sesuai kemampuan secukupnya sebagai cadangan.
(3) Kelinci putih
Tidak tersedia, jika ada maka milik peneliti yang dipelihara untuk riset.
Hewan percobaan selama ini diperoleh dari ITB ( lab.perhewanan FMIPA ) dengan galur Wistar dan dari Balitbangkes dengan galur SD. Untuk mencit juga diperoleh dari Pusvetma-Surabaya dari galur Swiss.
Evaluasi
Evaluasi pengguna 1993 - 1997
Pengguna fasilitas laboratorium umumnya para peneliti, yaitu untuk skripsi-S1, tesis-S2, disertasi-S3, riset dosen dan riset/pengujian oleh Tim Konsultasi-Pengujian-Penyuluhan Fak.Farmasi. Rata-rata untuk waktu 1 semester ada peneliti sejumlah 5 - 10 orang.
Iptek Dan Riset
Arah unggulan pengembangan iptek kedokteran dan kefarmasian di Universitas Airlangga, juga di Indonesia, umumnya terjadi pergeseran menuju pemahaman dan aplikasi pada tingkat seluler dan molekuler dari semula berorientasi tingkat hewan (invivo).
Aspirasi ristek kefarmasian dan kedokteran di Universitas Airlangga termasuk dalam kaitannya dengan program pasca sarjana lebih banyak menuju pada tingkat iptek dasar dan pengembangan pada tingkat seluler.
Adanya gelombang pengembangan metoda alternatip untuk percobaan pada hewan dengan berbasis pada pandangan etik-moral-ilmiah yang di Indonesia lebih cenderung karena alasan langkanya hewan percobaan dalam jumlah besar dari pada alasan yang lain.
Misi ( 1997 - 2003)
Laboratorium mendatang mengemban misi pelayanan-penelitian bidang biologi sel dengan luaran berupa jasa dan produk iptek (publikasi). Dalam pengelolaan dan operasional laboratorium diharapkan tercipta masyarakat ilmiah biologi seluler.
Arah
Laboratorium diarahkan pada kemampuan iptek biologi seluler yang mencakup sistem kultur sel mamalia, sistem model percobaan in vitro dan sistem percobaan farmakologi seluler yang berkembang dan diaplikasikan pada kefarmasian dan kedokteran.
Bidang iptek dan riset biologi seluler yang dikembangkan dalam laboratorium dapat dibedakan menurut jenis sel yang dikaji dari mamalia (human, animal), yaitu:
Bidang ristek dipandang dari ilmu dasar dan aplikasi terapan dapat dibedakan menurut tujuannya, yaitu :
Percobaan dalam riset di laboratorium biologi seluler dapat dirancang tiga jenis metoda-teknik, yaitu :
- percobaan hewan kultur sel
- inkubasi subseluler
- molekuler
Tujuan
1. Bidang sumber daya manusia
Pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada strategi pembinaan peneliti yang mendidik dan bekerjasama dengan masyarakat, melalui program pasca sarjana dan riset berkelanjutan yang konsisten.
2. Bidang sarana
Pengembangan sarana diarahkan pada strategi awal dengan dukungan Pimpinan (Rektorat) Universitas dalam menuju jangka panjang kemandirian pelaksanaan program berbasis kemampuan dan hasil riset yang layak jual.
3. Bidang fungsional
Pengembangan fungsional laboratorium dari suatu unit pelayanan pendidikan menuju laboratorium riset untuk pendidikan dan pengabdian pada masyarakat.
PROGRAM
- Riset
- Pengembangan teknik dan metoda kultur hepatosit tikus, islet pankreas, sel imun, sel eritrosit, sel tumor, sel neuron, sel fibroblas untuk kefarmasian dan kedokteran
- Riset aplikasi kultur hepatosit tikus, islet pankreas, sel imun, sel eritrosit, sel tumor, sel neuron, sel fibroblas untuk kefarmasian dan kedokteran
- Riset dan pengembangan bahan alam (metabolit sekunder) melalui pendekatan biologi seluler.
- Forkom-Fordis-Seminar
- Teknik, metoda serta aplikasi biologi seluler, terutama kultur sel mamalia (animal, human)
- Informasi bioaktivitas seluler bahan alam untuk pengembangan obat.
- Lokakarya
- Teknik, metoda serta aplikasi biologi seluler, terutama kultur sel mamalia (animal, human)
- Analisis dan proses hilir yang berkaitan biologi selluler, terutama kultur sel mamalia (animal, human)
- Komunikasi-Informasi
- Persiapan simpul dalam jalinan iptek biologi seluler
- Membuat berbagai artikel ilimah popuper untuk majalah dan surat kabar.
- Kerjasama-Kemitraan (Pengabdian pada masyarakat)
- Kerjasama dengan mitra Industri
- Kerja sama pembinaan kemampuan peneliti lain.
- Pendidikan
- Peningkatan kemampuan peneliti
- Praktikum dan demonstrasi pada semua fakultas terkait.
Peneliti Biologi Seluler Universitas Airlangga
Di Universitas Airlangga telah ada beberapa riset grup atau peneliti yang melakukan riset dengan menggunakan sel mamalia
Daftar peneliti sel mamalia di Unair 1997
NO |
NAMA |
FAKULTAS |
BIDANG |
Wahjo Dyatmiko | FF | Kultur sel imun dan "blood plattelet" | |
Mulja Hadi Santosa | FF | Kultur hepatosit tikus untuk kajian hepatotoksisitas, metabolisme primer/obat, | |
Djoko Agus Purwanto | FF, S-3 | Kultur hepatosit untuk kajian DNA repair dan mutasi onkogenik | |
Bambang Prayogo EW | FF, S-3 | Kultur sel reproduksi | |
Hera Studiawan | FF | Kultur islet pankreas tikus | |
Sukardiman | FF | Kulutr sel tumor | |
Dr.Achmad Basori | FK | Kultur neuron | |
Riset grup Aucky Ginting,PhD. |
FK | Kultur reproduksi sistem | |
Riset grup Dr.Suprapto Maat |
FK | Kultur sel imun dan tumor | |
Riset grup TDRC | Unair | Kultur eritrosit + plasmodium | |
Riset grup Patologi klinik |
FK | Kultur sel imun | |
Riset grup Patologi, Anatomi |
FK | Kultur | |
Riset grup Embriologi FKH |
FKH | Kultur embrio, transfer | |
Riset grup Dr.Laba HD |
FKH | Kultur embrio, transfer |
Potensi tersebut perlu digalang di koordinasi sebatas hubungan kerja saling menunjang dan berkomunikasi tanpa ada kompetisi negatip. Diharapkan dalam Laboratorium Biologi Seluler akan dilakukan koordinasi tersendiri sebagai cikal bakal suatu unggulan laboratorium kultur sel mamalia di Universitas Airlangga ditinjau dari diversifikasi jenis sel mamalia yang diaplikasikan.
VII. P E N U T U P
Sudah 5 tahun berjalan laboratorium berfungsi dan dimanfaatkan banyak mahasiswa dan peneliti yang melakukan percobaan dengan hewan tikus, mencit dan kelinci. Selama itu pula beberapa bantuan telah diperoleh dari berbagai pihak, termasuk usaha pengelolaan mandiri. Namun demikian masih dirasa masih diperlukan banyak bantuan untuk pengembangan sarana dan instrumen. Sesuai pula dengan arah ( visi-misi) maka untuk 5 tahun mendatang laboratorium akan diubah namanya sesuai dengan aspirasi iptek para peneliti, yaitu menjadi laboratorium biologi seluler. Diharapkan laboratorium menjadi satu komponen unggulan di Universitas Airlangga, jika perencanaan berjalan baik maka luarannya merupakan produk iptek yang berwawasan iptek dasar tingkat seluler yang terkait dengan bidang kefarmasian dan kimia ( farkim ).
-----
![]()